Selasa, 06 April 2010

Mantera Jodoh

Selasa, 06 April 2010

Ramalan Jodoh Pagi ini langit begitu cerah. Hanya sepotong awan yang tersisa di sudut timur. Membungkus matahari separuh, sinarnya masih pucat malu-malu. Jam weker biru tua itu menjerit nyaring. Pukul 07.00 WIB Kikha tersentak dari lelap tidurnya.

Astaga... Kikha terkesiap. Gadis manja itu hanya punya 30 menit lagi sebelum gerbang sekolah digembok Pak Satpam. Nafasnya masih tersengal, saat gerbang sekolah tinggal setengah meter lagi.


“Braaakkk….” Kikha menubruk anak laki-laki itu sempoyongan. Warga kelas riuh, menyoraki aksi Kikha si cerdas jagoan SMU Citra Bangsa yang ceroboh. Kikha meringkuk layu dipapah ke ruang UKS. Lututnya terluka, darah segar mengalir di kulitnya yang mengelupas. Kikha mengaduh kuat-kuat.


“Kamu baik-baik aja kan?” tanya anak itu lembut, penuh senyum. Kikha diantar ke kelasnya. Siswi-siswi salah tingkah cari perhatian Si cakep yang mirip Nicholas Saputra. Ines, sahabat karib Kikha menepuk perban yang membalut kakinya.


“Nih luka bawa hoki!” Ines berkomentar gembira. Kikha cuma senyum-senyum sendiri, membayangkan kemurahan hati pangeran tadi.


***
Jodoh Bel sekolah berbunyi tanda pelajaran telah selesai. Para siswa berlomba menyandang ranselnya. Kikha dipapah Ines dan Sashi berjalan terseok-seok menuju gerbang sekolah. “Yakin bisa pergi sendiri Kha?” tanya Ines iba.


“Lutut kamu kan masih luka. Bahaya, jalan kemana-mana. Kamu pulang sama kami, ya Ki?” pinta Sashi.


“Aku harus cari bahan Mading ke Pasar Loak, Sashi. Derin udah kasih tugas itu seminggu lalu. Kalian gak mau kan nama baik kelas kita tercemar gara-gara aku. Aku bisa jalan sendiri kok. Tenang aja kelen. Ok! Aku pergi dulu. Dah Ines, dah Sashi.” Kikha melangkah mendahului dua sahabat terbaiknya. Ines bungkam, Kikha memang keras kepala. Sama seperti mereka berdua. Diseretnya Sashi untuk mengikuti Kikha dari belakang.

“Ehm, sejak kapan kalian belajar jadi mata-mata?” aku bertanya sambil menyodorkan sebotol soft drink dingin ke Ines yang meradang terkunyah cabe rawit.

“Bukan begitu.. kalo sampai kamu kenapa-napa, kan kami juga yang repot. Betul gak Sashi??” Ines nyerocos cari dukungan Sashi. Sashi cuma “angguk-angguk, geleng-geleng” menjawab runtutan pembelaan Ines.

0 komentar:

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Related Posts :

 
minima green fragmentary